RANTAU

 

Hi, welcome to my blog. Apa kabar?

Rasanya sudah lama sekali aku tidak memposting kalimat-kalimat absurdku di halaman blog ini. Pada tahun 2022 menjadi tahun yang penuh perjuangan. Membuat tugas laporan praktik, skripsi, dan bekerja. Semua itu dilakukan demi mencapai cita-cita kecilku dan pada akhirnya lulus dengan IPK Terbaik. Perjalanan akhir tahun yang penuh lika-liku setelah melaksanakan wisuda pada Oktober tahun 2022 aku memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, yaa walaupun pada saat itu sudah bekerja di salah satu Perusahaan Telekomunikasi.

Ternyata mencari pekerjaan tidak mudah ya, begitupun ketika menjalaninya. Aku adalah seorang anak sulung yang mempunyai dua adik Perempuan dengan jarak umur yang berbeda jauh, dan kami terbiasa hidup bersama kedua orang tua di dalam satu atap rumah. Keluarga yang sederhana, terbuka, dan humoris.

Dahulu, kedua orang tuaku merantau untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Setiap harinya bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih bersekolah. Terlintas memori saat itu dari kecil aku dan adikku selalu ditinggal kedua orang tua untuk bekerja. Kami dititipkan kepada tetangga sebelah rumah. Sehingga kami terbiasa tanpa orang tua, itulah yang membuat kami senang bermain dengan teman-teman di rumah. Asik sekali rasanya, pada saat itu.

Di tahun 2023 ini giliranku yang merasakan hidup di perantauan. Merantau di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, tempat yang sangat nyaman dan tidak macet banyak pula yang merantau untuk melanjutkan Pendidikan. Sudah enam (6) bulan berjalan bekerja dan hidup di kota orang lain, rasanya beda sakali. Jika dulu aku senang kedua orang tuaku bekerja meninggalkan anak-anaknya, tetapi rasa itu berbeda saat ini. Ketika Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dirasakan oleh kedua orang tuaku disaat itulah aku merasa senang, karena rumah terasa utuh dan hangat ada keluarga yang menyatu kembali. Aku ini memang aneh sekali ya. Di kota ini aku banyak beradaptasi, berkomunikasi, bertegur sapa, bahkan sikap dan tutur bahasa pun banyak dipelajari.

Satu bulan awal perpindahan aku merasa berat sekali untuk meninggalkan rumah, keluarga, dan sahabat-sahabatku. Bahkan aku merasakan homesick selama 3 bulan, hampir setiap pulang kerja aku menangis karena sulitnya beradaptasi dengan lingkungan kerja.

“Menurut Van Tilburg, Vingerhoets, dan Van Heck, homesick adalah penderitaan atau suatu keadaan yang dialami oleh individu yang jauh dari lingkungan rumah dan meninggalkan kebiasaan serta lingkungan lama dengan perasaan asing terhadap diri individu ketika berada di lingkungan baru”.

(R Adinda, Gramedia Blog, 2022).

 

Stasiun Purwokerto
Photo by Arvy Herlenda

Aku merasakan hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, yaitu mental breakdown. Ya, aku merasa cemas dan takut. Teman-temanku pasti tertawa kecil membaca ini, karena mereka tahu seberapa kuat dan seberapa lucunya diriku. Seperti itulah tinggal di kota orang lain ini, aku benar-benar merasa kesepian, hampa, dan entahlah tidak bisa menjadi diri sendiri sepenuhnya. Tidak merasa bahagia untuk menjalani hidup. Berbagai macam cara dilakukan untuk mengalihkan pandangan buruk, tapi entahlah rasa rindu kepada rumah sangat melekat sekali. Hehehe.

Ternyata semua itu akan sirna karena waktu, waktu yang akan menjawab seberapa kuat aku bertahan untuk hidup merantau, semua bisa karena terbiasa. Inilah cara-cara agar betah merantau untuk bertahan hidup, pertama lakukan terus ibadah dan berdoa meminta kepada Allah agar diberikan keselamatan dan ketenangan dalam menjalani hidup. Kedua, lakukan hal positif seperti menonton film, jajan yang banyak, shopping sesuai kebutuhan. Ketiga, mengelola keuangan dengan baik dan benar, yaa walaupun ujung-ujungnya sekarat juga di akhir bulan, tapi setidaknya bayar kos tetap berjalan lancar hehe.  Keempat, pikirkan hal-hal positif yang membuatmu bahagia, walaupun setiap hari rasanya malas dan mau rebahan aja dikasur. Kelima, kembali pulang ke rumah bertemu kedua orang tua untuk menuntaskan rasa rindu. Terkadang sejauh apapun melangkah rumah menjadi pilihan terbaik untuk bersandar.

Lambat laun pengalaman berharga merantau ini membuat aku tau arti kehidupan sesungguhnya, bahwa kita tidak bisa benar-benar hidup sendirian tanpa bantuan orang lain, kita dipaksa dan terus dipaksa untuk bertahan pada pilihan itu sendiri, mencari apa yang belum di cari, menemukan apa yang sudah didapatkan, semua itu karena jalan Tuhan yang memberikan berbagai kesempatan untuk bertemu dengan orang baru, bertemu dengan pengalaman baru. Aku akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk melanjutkan perjalananku disini. Entah ujungnya akan seperti apa itu menjadi pilihanku sendiri untuk diriku yang lebih baik.

“Bapak tahu kamu berat kan? Tapi coba jalanin dulu, semoga ada banyak pintu rezeki lagi buat kamu nantinya. Karena setiap orang itu adalah ilmu. Maka jangan sia-siakan kesempatan kamu untuk bertemu dengan banyak orang”.

-Legiman-

 

Sekian dulu ya teman-teman onlineku. Sampai jumpa lagi di lain blog.
Terima kasih yang sudah setia membaca, terima kasih yang baru membaca.

Kalau kamu, ada pengalaman merantau yang berkesan? Yuk sharing sekilas cerita di kolom komentar.

Semoga bahagia selalu. Amin.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer