Si Pahit Yang Dingin
Sudah larut malam “tidur
mba” suara Ibu terdengar merdu. Sendiri saja tak mengapa, selalu ada yang
menemani yaitu, kopi dan tugas. Terdengar suara rinai hujan di sebelah jendela.
Hembusan angin terasa dingin melalui sela-sela jendela.
“Dibalik gelapnya seseorang yang tegar dan sabar.
Mengapa bisa? Karena ia hanya bisa berdoa dan berharap dengan usaha yang
telah di berikan oleh-Nya. Dan senyum adalah
senjata tajamnya.”
- Arvy Herlenda -
- Arvy Herlenda -
Mulai
merenung dan berpikir. . .
Menjadi diam itu tidak buruk. Ada beberapa waktu perlu
rehat sejenak untuk merasakan makna hidup. Berbagai cara manusia untuk
menikmati diam. Malam ini sangat terbawa suasana bahwa keadaan yang tenang
serta hati yang damai. Banyak yang mengira diam itu jahat ‘diam-diam
menyakitkan’ hanya untuk orang-orang yang tidak mampu berpikir dengan
kenyataan. Lalu, bagaimana dengan ‘diam-diam sayang’ apakah itu menyakitkan?
Banyak yang mengira menjadi orang yang tidak peduli itu
tidak memikirkan keadaan disekelilingnya. Hey! Padahal ia lebih dari peduli,
bahwasannya ia hanya butuh waktu untuk berpikir dan mencari solusi. Dasar
kebanyakan mikir! Tidak ada tindakannya. Hey! Sebelum bertindak lebih baik
pikir dahulu, baik atau tidak. Kau kira hidup ini hanya bernafas. Ya tidaklah.
Beribadah, beramal dan bersedekah, jangan lupa itu.
Jadi, ceritaku tentang larut malam ini seperti ‘Si Pahit
Yang Dingin’ serta ditemani kopi dan lagu. Pahit bukan berarti buruk, tapi
pahit mempunyai makna rasa yang pekat. Sedangkan dingin bukan berarti selalu
tenang dan benar, tapi menjadi seseorang yang peduli di sekitar itu penting.
Namanya juga manusia, saling bergantung satu sama lain. Bukan di gantungin
dengan yang lain.
Sekian, terima kasih
:)

👍
BalasHapusmakasiihh
Hapus